Monday, 25 March 2013 0:01:34
by sarah audia in Expert Explains
Sarah Audia Hasna, dr. S1 Fakultas Kedokteran UGM. Dokter umum dan konselor laktasi di Eka Hospital.
===============================
Bingung puting merupakan salah satu masalah yang sering timbul dan menganggu proses menyusui. Sebagian besar bayi sehat lahir cukup bulan yang sejak dini sudah diperkenalkan menyusu melalui dot atau terbiasa dengan empeng sebelum dia benar-benar memahami bagaimana cara menyusu langsung ke payudara yang baik, dapat meningkatkan risiko bayi mengalami bingung puting yang nantinya jika berkepanjangan dapat mengganggu produksi dan suplai ASI. Tahap akhirnya bayi bisa sampai frustasi dan menolak menyusu.
Mari kita bahas mengapa dot dan empeng bisa mengganggu proses menyusui dan menyebabkan bingung puting?
Mekanisme bayi menyusu langsung ke payudara berbeda dengan mekanisme menyusu melalui dot atau mengisap dengan empeng. Ketika bayi menyusu langsung ke payudara terdapat koordinasi yang bersamaan antara lidah bayi, rongga mulut, dan gerakan rahang. Mulut bayi akan terbuka lebar dan puting ada di langit-langit belakang, sebagian besar sampai seluruh areola masuk ke dalam mulut bayi. Lidah menahan puting dan areola bersamaan dengan langit-langit mulut membentuk dot panjang siap untuk mengisap. Lidah ada di belakang puting siap memompa areola, kemudian dilanjutkan dengan gerakan menelan dan seterusnya sampai bayi selesai dalam 1 sesi menyusu. Di sini bayi akan belajar dan berusaha untuk mendapatkan ASI sesuai yang dia butuhkan.
Berbeda dengan ketika bayi menyusu melalui dot, bayi tidak harus membuka mulut lebar saat dot masuk ke mulutnya. Aliran susu lebih mudah didapat dan bayi menggunakan kedua bibirnya untuk mengisap. Dot tidak perlu dimasukkan jauh ke dalam mulut sampai langit-langit, susu sudah masuk cepat ke dalam mulut bayi walaupun bayi tidak menghisap secara aktif. Lidah berada di depan dot dan bergerak maju mundur menutupi lubang dot yang berfungsi menghentikan aliran susu saat terlalu deras. Walaupun bayi tidur dengan posisi terlentang dan tidak mengisap, aliran susu tetap keluar. Hal ini dapat meningkatkan risiko tersedak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bayi tidak perlu usaha banyak untuk mendapat susu melalui dot.
Bayi yang sudah kenal atau terbiasa dengan dot akan merekam proses menyusu seperti saat ngedot. Alhasil ketika dipertemukan dengan payudara ibunya, dia bisa menjadi malas atau lupa bagaimana mekanisme menyusu yang sebenarnya. Mulutnya tidak mau membuka lebar dan malah menguncup, ketika menyusu sering lepas-lepas, menjepit puting di depan mulut berkali-kali seperti bingung, menyusu cenderung di puting dan kedua bibir mengisap puting seperti saat ngedot. Jika menunjukkan gejala seperti ini pada bayi yang pernah terpapar dot ini dinamakan awal mula terjadinya bingung puting. Bayi sulit melekat dengan baik, puting ibu bisa lecet karena gigitan bayi. Masalah perlekatan yang tidak baik dapat berakibat pengosongan payudara yang tidak sempurna. Salah satu akibat dari pengosongan payudara tidak sempurna yaitu saluran ASI tersumbat sampai menyebabkan galactocele (kista isi susu), payudara bengkak, mastitis, sampai abses payudara. Semua kondisi ini dapat menurunkan produksi dan suplai ASI. Bayi ikut frustasi sehingga menolak menyusu langsung pada payudara.
Empeng dapat mengganggu proses menghisap bayi, bayi akan terbiasa mendapatkan comfort sucking melalui empeng yang seharusnya comfort sucking didapatkan di payudara. Hal ini akan menganggu perlekatan bayi menyusu. Selain itu empeng dan dot dapat menganggu pertumbuhan rongga mulut dan langit-langit, meningkatkan risiko tersedak, menganggu pertumbuhan gigi, meningkatkan risiko kejadian otitis media (infeksi telinga tengah), menyebabkan ketergantungan pada bayi sampai menjadi balita, bisa saja bayi alergi terhadap bahan-bahan dari dot atau empeng.
Proses menyusui adalah proses demand & supply. Semakin sering bayi menyusu langsung ke payudara semakin banyak ASI yang dihasilkan. Sinyal rangsangan produksi ASI paling besar dari isapan bayi langsung ke payudara. Dot dan empeng dapat mengganggu proses ini, sehingga produksi dan suplai ASI juga terganggu.
Lalu apa yang harus mama lakukan jika bayi menunjukkan gejala bingung puting atau sampai menolak menyusu? Berikut tips-tipsnya:
- 1.
Begitu gejala bingung puting muncul dan bayi menunjukkan masalah dalam
perlekatan segera minta bantuan konselor laktasi di klinik laktasi.
2. Saat konsultasi dengan konselor, sebaiknya membawa ayah, pengasuh, atau nenek bayi yang menjaga agar diajarkan bagaimana cara memberikan ASI perah dengan cupfeeder atau cawan. Ini direkomendasikan daripada dot karena tidak akan menyebabkan bingung puting. Catatannya cupfeeding dilakukan olah ayah atau keluarga dan pengasuh selain ibu. Bayi hanya menyusu langsung ke payudara jika bertemu ibu agar bonding tidak terganggu, sehingga ibu tidak dianjurkan mencoba teknik cupfeeding.
3. Stop dot dan empeng sesegera mungkin. Tanyakan secara detil pada konselor laktasi bagaimana menyiasatinya.
4. Jika bayi mengalami masalah perlekatan yang ringan dengan memaksimalkan bayi menyusu dengan perlekatan yang benar sudah bisa menjadi solusi. Tapi apabila bayi menolak menyusu sama sekali selama beberapa hari sampai bulan, pertimbangkan baik-baik perlunya tindakan relaktasi dengan alat bantu menyusui. Minta bimbingan dan konsultasi lebih lanjut ke konselor laktasi. Relaktasi merupakan proses perjuangan dan komitmen dari ibu, ayah, dan keluarga agar bisa mencapai keberhasilan bayi mau menyusu lagi.
5. Perbanyak skin-to-skin contact ibu dan bayi, bisa dengan menggunakan baby wrap, kulit bayi menempel di kulit ibu seharian sepanjang hari sampai beberapa hari. Hal ini dapat meningkatkan bonding dan merangsang bayi untuk menyusu. Tidur bersama saat bayi anda tidur.
6. Berikan waktu full untuk bayi, delegasikan pekerjaan rumah tangga kepada orang lain. Jika perlu ibu yang bekerja cuti terlebih dahulu untuk meningkatkan bonding ibu dan bayi.
7. Ibu juga sebaiknya memperhatikan makan makanan dengan gizi seimbang dan air putih yang cukup. Beberapa sayuran dan herbal yang dapat membantu meningkatkan supply ASI juga dapat dicoba seperti daun katuk, oatmeal, daun bangun-bangun, fenugreek,dll.
8. Dukungan dan perhatian dari ayah serta keluarga yang lain agar ibu semakin semangat dan tetap optimis.
9. Sebelum terjadi kejadian bingung puting, hindari penggunaan dot dan empeng. Ibu bekerja sejak awal sudah mempersiapkan manajemen ASI Perah dan ayah, keluarga, atau pengasuh belajar cupfeeding dengan konselor laktasi.
10. Susu formula bukan solusi pada kasus bayi bingung puting.
11. Tetap percaya diri dan optimis, tanamkan satu hal yang penting bahwa Mama dan bayi pasti bisa melewati semua ini dengan indah.
Sumber: http://theurbanmama.com/articles/bayi-bingung-puting.html
Oleh Deka Artamevia Moerdowo pada 21 Januari 2014 pukul 13:05
di grup fb sharing asi dan mpasi