Tak bosan2nya saya tandaskan: MPASI selain merupakan pendamping (bukan pengganti!) ASI-nya yang masih diteruskan sampai usia dua tahun, juga merupakan ajang latihan
si kecil mengasup, menikmati dan mencintai makanan padat sesuai
kebutuhan nutrisinya. Saya tidak pernah lupa menegaskan sesuai dengan
apa yang ditulis di Quran (bayangkan agama saja sudah mengaturnya):
"susuilah anakmu sampai usia dua tahun"-dan tidak ada embel2 susu lain
setelahnya. Bukan hanya zaman nabi belum ada industri susu kaleng, tapi
memang manusia sudah cukup mendapat semua kebutuhan gizi diatas dua tahun melalui makanan yang dikunyah dan gaya hidup sehat.
Telur
ayam (terutama bagian kuningnya) dan beberapa jenis ikan (jangan
disamaratakan semua jenis ikan) memang mengandung protein tertentu yang
bisa jadi tidak cocok atau belum waktunya untuk bayi yang sensitif.
Cobalah ganti telurnya dengan telur burung puyuh misalnya. Bahkan banyak
menu balita tampil semakin menarik dengan variasi telur kecil2 ini.
Begitu
juga dengan ikan. Sudah saatnya kita lebih kritis dengan kualitas ikan
saat ini. Salmon 20 tahun lalu tidak sama dengan salmon masa kini.
Salmon yang terbaik ditangkap dari perairan laut bebas yang tidak
tercemar. Sekarang hampir semua salmon yang saya temui berasal dari
peternakan salmon! Ciri khas yang kasat mata adalah semakin lebarnya
garis2 putih pada dagingnya yang oranye (Perricone, N. 2002. The
Perricone prescription. A physician's 28-day program for total body and
face rejuvenation. New York:Harpercollins Publisher, Inc.)
Ikan
yang hanya berkeliaran di kolam dan tinggal buka mulut menelan pelet
cenderung lebih malas dan mempunyai garis lemak yang sangat kentara.
Ketimbang ikan laut bebas yang gesit mengejar makanan dan kabur
menghindar dari musuh. Jujur, sudah lama sekali saya tidak pernah
membeli salmon. Apalagi kasus tingginya merkuri dan logam berat semakin
menuai kontroversi tentang mitos gizi ikan salmon.
Inilah gunanya pembaruan informasi dan ilmu. Karena ini sangat penting untuk ajaran nutrisi dan pola makan.
Sayangnya bentrokan terjadi pada ranah kepentingan ekonomi dan
kemapanan investasi yang sudah terlanjur meraup untung untuk
mempertahankan 'kepercayaan masyarakat' terhadap mitos2 jenis pangan
tertentu.
Dengan tsunami Jepang dan bocornya
reaktor nuklir yang merembes hingga ke air laut membuat dunia semakin
waspada dengan konsumsi pangan laut (yang sudah lama juga tercemar
dengan tumpahan minyak danlimbah pabrik sebetulnya). Sudah saatnya lagi
kita pun turut membuka mata dan telinga, berpikir dan mengambil tindakan
tanpa perlu menjadi panik. Namun saya masih percaya kekayaan laut
negeri kita. Salah satu jenis rumah makan kecintaan saya adalah yang
menyajikan berbagai masakan khas Makassar. Ikan Papakulu, ikan titang
dan udang kipas adalah kekayaan eksotis bermutu dan tidak kalah dengan
ikan tuna atau salmon. Balita sangat menyukai tekstur ikan bawal dan
kerapu yang sangat lembut. Teri nasi juga sanat baik untuk campuran
berbagai tim. Perlu dipahami, semakin kecil bentuk ikannya, semakin
sedikit kandungan polutan dan cemaran lautnya.
Seimbang fisik dan mental
Sebagai
ibu muda , risiko untuk merasa putus asa sangat mungkin terjadi. Bahkan
ada yang begitu paniknya sehingga diam2 berupaya diet keras. Semua itu
semata-mata hanya ingin bentuk tubuhnya bisa 'kembali langsing dan
menarik'. Kelelahan mengurus anak, frustasi mendengar tangisan bayi atau
mendengar berbagai cerita miring tentang keluarga.
Selain
itu merasa sedih tidak lagi aktif bekerja sesuai ilmu yang (sebagai
bagian aktualisasi diri), 'miskinnya' ucapan penghargaan dalam keluarga,
membuat seorang perempuan merasa begitu terpuruk dan mudah emosianal.
Banyak perempuan merasa minder setelah melahirkan dan seakan hanya jadi
'sapi perah' untuk kebutuhan ASI anaknya. Buah dada tak keruan lagi
bentuknya, rambut rontok, muncul flek pada kulit, nyeri pada punggung
dan sederet keluhan yang bisa jadi tidak dipahami orang lain yang tidak
mengalaminya.
Hal2 seperti itu mendorong perempuan mudah
'terhipnosis' dengan berbagai informasi (gawatnya bila sesat) dan
tawaran2 yang seakan membawa mimpinya bisa kembali nyata.
Padahal
penumpukan lemak pasca melahirkan justru mudah hilang jika ASI ekslusif
gencar. Salah satu komponen yang sangat penting bagi bayi adalah
kandungan asam lemak esensial. Olahraga terstruktur (yang diarahkan
untuk pengencangan oto) dan terjadwal (bukan 'kalau sempat') semakin
memperbaiki kontur tubuh. Bukan hanya itu, perbaikan postur tubuh selama
9 bulan hamil (yang cenderung membuat tulang belakang melesak ke depan)
harusnya menjadi porsi utama latihan. Entah lewat pilates atau yoga
yang membantu menghilangkan nyeri tulang dan otot.
Perubahan
hormonal usai melahirkanpun sering dikaitkan dengan munculnya
kerontokan rambut dan perubahan warna kulit. Namun kondisi ini bisa
tumpang tindih dengan gangguan nutrisi juga. Kelebihan karbohidrat yang
dicerna menjadi gula bukan hanya membuat kalori berlebih. Tapi juga
muncul ketidaktahuan tubuh untuk mempertahankan yang seharusnya
dipertahankan.
Percuma mengasup kalsium dan mineral berlebih,
karena gula itu sendiri mengacaukan hubungan mineral termasuk chromium,
tembaga, kalsium dan magnesium.
(Dikutip dari Konsultasi Nutrisi oleh Dr. Tan Shot Yen, tabloid Nyata edisi III April 2011)
0 komentar:
Posting Komentar